Home » » Kumpulan puisi chairil Anwar

Kumpulan puisi chairil Anwar

Kumpulan puisi chairil Anwar

MIRAT MUDA, CHAIRIL MUDA


Dialah, Miratlah, ketika mereka rebah,
menatap lama ke dalam pandangnya
coba memisah mata yang menantang
yang satu tajam dan jujur yang sebelah.

Ketawa diadukannya giginya pada mulut Chairil; 
dan bertanya: Adakah, adakah
kau selalu mesra dan aku bagimu indah?
Mirat raba urut Chairil, raba dada
Dan tahulah dia kini, bisa katakan 
dan tunjukkan dengan pasti di mana
menghidup jiwa, menghembus nyawa
Liang jiwa-nyawa saling berganti.
Dia rapatkan

Dirinya pada Chairil makin sehati;
hilang secepuh segan, hilang secepuh cemas
Hiduplah Mirat dan Chairil dengan dera,
menuntut tinggi tidak setapak berjarak 
dengan mati


AKU BERKACA
Oleh Chairil Anwar

Ini muka penuh luka
Siapa punya ?

Kudengar seru menderu
dalam hatiku
Apa hanya angin lalu ?

Lagu lain pula
Menggelepar tengah malam buta

Ah.......!!

Segala menebal, segala mengental
Segala tak kukenal .............!!
Selamat tinggal ................!


MAJU 
Oleh Chairil Anwar

Ini barisan tak bergenderang-berpalu 
Kepercayaan tanda menyerbu. 

Sekali berarti 
Sudah itu mati. 

MAJU 

Bagimu Negeri 
Menyediakan api. 

Punah di atas menghamba 
Binasa di atas ditindas 
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai 
Jika hidup harus merasai 

Maju 
Serbu 
Serang 
Terjang


PERSETUJUAN DENGAN BUNG KARNO
Oleh Khairil Anwar

Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji 
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu 
dipanggang diatas apimu, digarami lautmu 
Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945 
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu 
Aku sekarang api aku sekarang laut 

Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat 
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar 
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh 


DERAI DERAI CEMARA
Oleh Charil Anwar

Cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam

Aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini

Hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah


RUMAHKU
Oleh Chairil Anwar

Rumahku dari unggun-unggun sajak
Kaca jernih dari segala nampak

Kulari dari gedung lebar halaman
Aku tersesat tak dapat jalan

Kemah kudirikan ketika senjakala
Dipagi terbang entah kemana

Rumahku dari unggun-unggun sajak
Disini aku berbini dan beranak

Rasanya lama lagi, tapi datangnya datang
Aku tidak lagi meraih petang
Biar berleleran kata manis madu
jika menagih yang satu



SENJA DI PELABUHAN KECIL
Buat Sri Ajati
Oleh Chairil Anwar


Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap


DENGAN MIRAT
Oleh Chairil Anwar

Kamar ini jadi sarang penghabisan
di malam yang hilang batas

Aku dan engkau hanya menjengkau
rakit hitam

'Kan terdamparkah
atau terserah
pada putaran hitam?

Matamu ungu membatu

Masih berdekapankah kami atau
mengikut juga bayangan itu


CINTAKU JAUH DI PULAU
Oleh Khairil Anwar

Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri

Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak 'kan sampai padanya.

Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
"Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"

Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama 'kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!

Manisku jauh di pulau,
kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.


KARAWANG BEKASI
Oleh Khairil Anwar

Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi 
Tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi 
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami 
Terbayang kami maju dan berdegap hati? 
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi 
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak 
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu 
Kenang, kenanglah kami 
Kami sudah coba apa yang kami bisa 
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa 
Kami sudah beri kami punya jiwa 
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa 
Kami cuma tulang-tulang berserakan 
Tapi adalah kepunyaanmu 
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan 
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan 
Atau tidak untuk apa-apa 
Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata 
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi 
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak 
Kenang-kenanglah kami 
Menjaga Bung Karno 
Menjaga Bung Hatta 
Menjaga Bung Syahrir 
Kami sekarang mayat 
Berilah kami arti 
Berjagalah terus di garsi batas pernyataan dan impian 
Kenang-kenanglah kami 
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu 
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi


SAJAK PUTIH
buat tunanganku Mirat
Oleh Khairik Anwar

Bersandar pada tari warna pelangi
kau depanku bertudung sutra senja
di hitam matamu kembang mawar dan melati
harum rambutmu mengalun bergelut senda

Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
meriak muka air kolam jiwa
dan dalam dadaku memerdu lagu
menarik menari seluruh aku

hidup dari hidupku, pintu terbuka
selama matamu bagiku menengadah
selama kau darah mengalir dari luka
antara kita Mati datang tidak membelah...

Buat Miratku, Ratuku! kubentuk dunia sendiri,
dan kuberi jiwa segala yang dikira orang mati di alam ini!
Kucuplah aku terus, kucuplah
dan semburkanlah tenaga dan hidup dalam tubuhku...


AKU BERADA KEMBALI
Oleh Chairil Anwar

Aku berada kembali. Banyak yang asing: 
air mengalir tukar warna,kapal kapal, 
elang-elang 
serta mega yang tersandar pada khatulistiwa lain; 

rasa laut telah berubah dan kupunya wajah 
juga disinari matari lain. 

Hanya 
Kelengangan tinggal tetap saja. 
Lebih lengang aku di kelok-kelok jalan; 
lebih lengang pula ketika berada antara 
yang mengharap dan yang melepas. 

Telinga kiri masih terpaling 
ditarik gelisah yang sebentar-sebentar 
seterang 
guruh 


Nah jadi itu beberapa buah puisi dari chairil anwar. semoga pembaca menikmati nya. 
terimakasih telah berkunjung.

salam sastra

Thanks for reading Kumpulan puisi chairil Anwar

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »